Beranda | Artikel
Larangan Saling Dengki, Saling Iri Hati dan Saling Membenci
Rabu, 16 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Larangan Saling Dengki, Saling Iri Hati dan Saling Membenci merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dalam pembahasan Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala (tamannya orang-orang yang berakal dan tamasyanya orang-orang yang mempunyai keutamaan) karya Abu Hatim Muhammad ibnu Hibban al-Busty Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 25 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 02 Januari 2019 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Larangan Mencari-Cari Kesalahan, Berburuk Sangka dan Rakus

Kajian Tentang Larangan Saling Dengki, Saling Iri Hati dan Saling Membenci

Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 لا تَحاسدُوا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا

“Jangan kalian saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kata Al-Hafidz Ibnu Hibban bahwa kewajiban orang yang berakal adalah menjauhi sifat dengki pada seluruh keadaanya. Karena perangai terendah dari orang yang terkena penyakit dengki atau hasad yaitu dia tidak ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada saudaranya. Maksudnya beliau, kalau misalnya kita melihat ada orang yang diberikan kenikmatan lalu kemudian kita merasa panas hati, sama saja kita tidak ridha dengan pemberian yang Allah berikan kepada dia.

Yang kedua, seakan-akan kita sama saja menginginkan kebalikan yang menjadi sebuah keputusan Allah kepada dia. Allah sudah memutuskan dia diberikan oleh Allah kenikmatan, tapi kita tidak ridha dengan ketentuan Allah tersebut. Kita ingin sebaliknya. Tentu ini sifat yang menunjukkan betapa jiwanya sangat rendah sekali.

Yang ketiga, disertai ada keinginan dalam hati supaya nikmat yang diberikan oleh Allah kepada Si Fulan yang kita dengki tersebut itu hancur dan hilang. Ini adalah dengki. Dan dengki itu adalah merupakan sifat iblis. Karena yang pertama kali terkena penyakit dengki adalah iblis. Dimana ketika Allah menciptakan Nabi Adam, Allah melebihkan Adam diatas iblis. Bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam, muncullah kemudian sifat dengki iblis tersebut dan kesombongan dia. Karena selama ini iblis diberikan kelebihan diatas seluruh malaikat. Rupanya Allah ciptakan makhluk berupa manusia bernama Adam, ternyata dilebihkan diatas dirinya. Maka dari itu, sifat dengki itu seringkali menimpa orang-orang yang seperti ini. Orang yang tadinya diberikan kelebihan, kehebatan, orang-orang memuji dia, ketika disaat itu kemudian ada saingannya yang ternyata lebih hebat dari dirinya.

Maka orang-orang yang kurang ikhlas, biasanya akan terkena penyakit kedengkian. Sementara orang yang ikhlas didalam dakwahnya, dia tidak akan dengki. Justru ketika ia melihat ada yang lebih baik, ada yang lebih berilmu, dia bersyukur kepada Allah karena keikhlasannya tersebut. Makanya kedengkian itu akibat daripada menginginkan dunia. Kedengkian itu biasanya karena ingin dilihat lebih, kedengkian itu biasanya karena dia ingin punya pamor. Karena dia terbiasa punya pamor, ketenaran, kemudian pamor dan ketenarannya turun karena ada saingannya, seringkali itu muncul rasa dengki. Itu bagi orang yang tidak ikhlas, bagi mereka yang menginginkan pamor kehidupan dunia. Tapi orang yang ikhlas tidak seperti itu, dia bersyukur kepada Allah bila ada yang lebih ‘Alim dari dirinya, yang bisa lebih bermanfaat untuk manusia.

Orang yang dengki, ruhnya tidak akan tenang, badannya tidak beristirahat kecuali kalau melihat nikmat yang diberikan kepada orang yang ia dengki itu hilang. Sementara mungkin kah seorang hamba merubah takdir yang telah ditentukan kepada orang lain? Tidak mungkin. Kalau Allah sudah menentukan Si Fulan diberikan nikmat, walaupun seluruh dunia menghalangi tidak akan bisa. Dan kita kemudian merasa panas dengan ketentuan yang Allah berikan kepada dia, kita tidak ridha dengan ketentuan tersebut. Maka kita merasa kesal, merasa benci, panas dada kita karena melihat Si Fulan ternyata diberikan kelebihan-kelebihan, ini sangat bahaya. Ini menunjukkan akan kekerdilan jiwa.

Rasa dengki harus dilawan dengan keikhlasan dan ridha dengan ketentuan yang Allah berikan. Kedengkian ini harus diobati dengan kita mencintai untuk saudara kita, apa yang kita cintai untuk diri kita. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak beriman seseorang dari kamu sampai ia menyukai untuk saudaranya apa yang ia sukai untuk dirinya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Apabila kita amalkan hadits ini, Insya Allah kita akan bebas dari sifat hasad. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan “tidak beriman seseorang dari kamu”, artinya kurang keimanannya sampai ia menyukai untuk saudaranya apa yang ia sukai darinya. Artinya kalau dia suka untuk mendapatkan kesenangan, dia juga harus suka dong saudaranya mendapatkan kesenangan. Kalau dia suka dirinya diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kenikmatan, maka dia juga harus berusaha untuk suka ketika melihat saudaranya diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kesenangan dan kenikmatan tersebut.

Maka apa saja yang kita suka untuk saudara kita, kita suka untuk saudara kita. Kalau kita seperti itu, maka kita akan bisa mengikis penyakit dengki yang ada dihati kita tersebut. Dan tentu ketika penyakit dengki itu bertengger dihati kita, kita juga berusaha untuk menghilangkannya dengan cara kita memberikan hadiah kepada dia. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Saling memberikan hadiah niscaya kamu akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Juga kita usahakan yang memulai mengucapkan salam kepada dia. Karena dengan menyebarkan salam itu akan menimbulkan rasa cinta dan menghilangkan kedengkian. Kita do’akan ia dari kejauhan. Maka dengan cara seperti itu InsyaAllah kita bisa mengikis rasa dengki dalam hati kita kepada orang tersebut.

Adapun kalau kita tidak obati, biasanya akan menimbulkan penyakit lain, saudaraku. Ketika kita dengki kepada seseorang yang kita tidak berusaha untuk mengobati, akibatnya biasanya kita akan mencari-cari kesalahan dia atau gembira dengan kesalahan dia. Kalau dia sudah mendapatkan kesalahan orang tersebut, maka dia akan sebarkan, dia kan sindir-sindir di majelis-majelisnya dan yang lainnya. Maka yang seperti ini tentu sangat tidak baik sekali, saudaraku sekalian.

Orang yang berakal, kalau ternyata ada rasa dengki kepada saudaranya, ia berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan rasa dengki tersebut dan tidak memperlihatkan kedengkian tersebut. Ia juga berusaha untuk mengobatinya. Ini adalah orang yang berakal, yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebanyakan dengki itu biasanya menimpa salah satu atau dua orang berikut ini. Yaitu:

Pertama, teman-teman yang setanding. Setanding dalam ilmu, standing dalam harta, standing karena ada tandingan. Sehingga sering kali muncul kedengkian. Sesama pedagang, kemudian ketika ada yang menyayanginya, maka yang seperti ini akan muncul sering kali dengki.

Kedua, yang sejenis. Pedagang biasanya akan benci kepada pedagang lagi. Ketika ia sedang berdagang, tau-tau ada saingannya muncul, disitu hati kita panas. Bahkan orang yang tidak beriman itu sampai pergi ke dukun menyantetnya dan yang lainnya. Bagaimana caranya supaya saingannya itu tidak laris. Tentu ini musibah sekali. Sesama pegawai di sebuah perusahaan, sesama pejabat saling sikut. Maka yang sifatnya sejenis ini seringkali muncul kedengkian. Bahkan sesama Ustadz pun juga sering kali muncul kedengkian.

Karena juru tulis biasanya akan hasad kepada juru tulis lagi. Kalau petani, tidak ada hasad kepada dokter. Karena memang beda lembah. Biasanya dokter hasadnya sama dokter, petani hasadnya sama petani. Makanya selama hidup kita ini masih ada persaingan, pasti yang namanya hasad sulit untuk kita hindari, saudaraku. Karena adanya persaingan didalam bisnis, persaingan didalam kedudukan, persaingan dalam mencari massa dan yang lainnya. Pada waktu itu, kita seringkali sulit untuk memberikan udzur kesalahan kepada orang yang kita hasad tersebut.

Tidaklah seseorang mencapai salah satu martabat dunia, kecuali pasti ada orang yang tidak suka atau ada orang yang dengki. Maksudnya, kalau kita mendapatkan sebuah kedudukan atau kehormatan atau sanjungan apapun, pasti selalu akan ada yang membenci kita. Makanya Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lamin Nubala menyebutkan, “Tidak ada seorangpun ulama yang telah sempurna dalam kebaikan, kecuali pasti ada orang bodoh atau ahli bid’ah yang akan menjelek-jelekkannya.”

Maka dari itu, kalau kita hanya melihat kepada orang yang tidak suka kepada kita kemudian kita pikirkan saja, percuma. Kalau selama kita berada diatas kebaikan, tidak perlu kita gubris orang-orang seperti itu. Karena akan selalu ada orang yang tidak suka kepada kita ketika kita berada diatas kebaikan atau ketika kita mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang dengki itu hakikatnya lawan yang ngeyel. Orang yang berakal tidak perlu terlalu memikirkan orang yang hasad kepada dirinya. Jangan jadikan itu sebagai sebuah patokan buat dirinya yang selalu dia pikirkan. Ini kadang terjadi ketika kita membuat sebuah Yayasan ataupun membuat sebuah radio atau membuat sebuah televisi atau membuat apa saja. Kemudian ada yang mencibir kita atau ada yang berusaha menjelek-jelekkan kita, lalu kemudian jadi kita pikirkan saja. Lalu kemudian membuat kita futur, ini sebetulnya tidak layak bagi orang yang berakal. Selama yang kita laksanakan adalah sebuah kebaikan, sesuai dengan Al-Qur’an, hadits dan pemahaman para sahabat, kita jalan terus, kita terus bergerak dan tidak perlu kita pedulikan mereka.

Kalau orang yang hasad menghukumi, pastilah keputusan itu akan merugikan orang yang ia hasadi. Kalau ia berkeinginan, pastilah keinginan tersebut untuk keuntungan dirinya. Kalau ia mengharamkan, tentulah yang ia haramkan untuk keuntungannya juga. Kalau ia memberi, pasti akan beri orang lain, tidak akan diberikan kepada orang yang ia dengki.

Kalaupun ia duduk atau berdiri, maka itu pasti semuanya ada nilai daripada kedengkian kepada orang yang ia tidak suka tersebut. Maka hati-hatilah, jangan sampai kita terkena penyakit kedengkian dihati kita. Ketika hati kita bening dari kedengkian, maka hati kita akan istirahat. Orang yang dengki itu, hatinya tidak tentram. Setiap kali ia melihat orang lain diberikan kesenangan, semakin sempit hatinya.Tapi ketika ia bebas dari penyakit hasad dan dengki, maka Masya Allah akan menjadi hati yang damai dan tenang.

Kewajiban orang yang berakal dan bersungguh-sungguh yaitu dia harus siap untuk menghadapi tindakan-tindakan yang tidak baik dari orang yang hasad kepadanya. Dan kebanyakan dengki itu muncul dari tetangga atau teman-teman sejawat kalau mereka jauh dari agama.

Simak pada menit ke – 20:57

Simak Penjelasan Lengkap dan Download Kajian Tentang Larangan Mencari-Cari Kesalahan, Berburuk Sangka dan Rakus – Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46425-larangan-saling-dengki-saling-iri-hati-dan-saling-membenci/